Istana Mangkunegaran
Om dan tante.....
Kali ini , saya
bercerita tentang Istana di kota Solo, atau secara administrasi di namakan
Surakarta.
Mari kita
melongok ke sejarah waktu SMP , dan tentunya bagi saya adalah pelajaran wajib
yang harus diketahui sebagai calon Tour Guide pada tahun 1992 an .
Jangan tanya dulu Om tante....hehhehheee
Inilah pertama
kali saya magang sebagai Tour Guide , pada tahun 1993-1995.
Alhamdulillah
tahun 1994 , saya sudah mendapatkan lisensi pemandu wisata , dan 1995 dengan
modal lisensi tersebut saya putuskan hijrah di kota Gudeg Yogyakarta.
Mari kita
mulai......
Foto
terekam pada siang hari sebelum upacara pernikahan keluarga Mangkunegara.
Foto terekam oleh sahabat saya sesama
guide di IstanaPura Mangkunegaran dalam tajuk
Pariwisata Solo
Mangkunegaran adalah salah satu dinasti yang berasal dari Mataram Islam. Pendiri dan cikal bakalnya adalah Pangeran Sambernyawa yang bergelar sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I.
Istana Mangkunegaran sebagai pusat
pemerintahan dan kekuasaan secara politik yang didirikan setelah ditanda tanganinya Perjanjian
Salatiga pada tanggal 17 Maret 1757 di Salatiga.
Kedudukan Mangkunegaran dalam sistem
dan struktur politik Tanah Jawa menempati kedudukan yang istimewa karena
berdirinya Mangkunegaran merupakan hasil
perjuangan dannn.... Pangeran
Sambernyawa atau Raden Mas Said sebagai cikal bakalnya
telah memulai perjuangan sejak masih remaja berumur 16 tahun saat hatinya
terpanggil untuk berjuang . Kecerdasan Mangkunegara I dalam bidang kemiliteran dan olah strategi perang sangat teruji ketika Mangkunegara I harus siap menghadapi tiga kekuatan gabungan besar yang terdiri dari pasukan penjajah Belanda,
Kasunanan ( Pakubuwana III) dan Pangeran Mangkubumi (pendiri kerajaan Mataram
Islam atau Kasultanan Yogyakarta). Mangkunegaran bukanlah kerajaan tetapi
Kadipaten atau istilah sekarang Kabupaten dan penguasanya disebut Adipati.
Istana Mangkunegaran
Om dan tante ....istirahat dulu , mau minum bir pletok?
Weeiiih mantep tanpa alkhohol lekker en fresh..
Dalam kancah politik Tanah
Jawa , Istana Mangkunegaran dengan kekuasaannya Mangkunegara tampil dengan kekuatan yang bersifat rasional. Dua penguasa Tanah Jawa lainnya yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta yang membangun
kekuasaan dengan cara meng-agung-kan kekuasaan
dengan menempuh jalan penguatan simbol
simbol , sedangkan Mangkunegaran membangun kemegahan kekuasaan dengan jalan nyata , rasional
dan langsung melakukan aksi.
Rasionalisasi kekuasaan ini tampak dalam masa pemerintahan Mangkunegara
II yang melanjutkan pendahulunya Mangkunegara
I.
Pembangunan rasional dan
nyata pembangunan sektor ekonomi dan
kekuatan militer keraton sehingga
kemakmuran yang dicapai bisa mengalir ke bawah kepada kawulanya. Pembangunan
militer yang kuat dan ekonomi beriring dengan karya karya sastera yang sampai
sekarang tetap aktual dan menjadi rujukan bagi masyarakat Jawa.
Pemegang Tahta Mangkunegaran
Om tante ....mau
lanjut?
Kadipaten Mangkunegaran (Hanacaraka: ꦦꦿꦗꦑꦣꦶꦦꦡꦺꦟ꧀ꦩꦁꦑꦸꦟꦼꦓꦫꦟ꧀) atau lebih terkenal dengan Praja Mangkunegaran
Pemegang tahta Mangkunegaran secara resmi bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya
Mangkunegara Senopati Ing Ayudha Sudibyaningprang yang disingkat dengan KGPAA
Mangkunegara diikuti
angka Romawi di belakangnya yang
menunjukan generasi atau keturunan yang
sedang bertahta.
Dengan selesainya peperangan yang berlarut larut dan diakhiri melalui Perjanjian Salatiga pada
tanggal 17 Maret 1757, Mangkunegaran menjadi kekuatan penyeimbang yang masih selalu menampakan
kegarangannya dalam memainkan peranannya secara politik. Kedudukan penguasa Mangkunegaran diperjuangkan
untuk menuju kemandiriannya sebagai kekuasaan otonmi. Mangkunegaran tidak segan segan memainkan menumpas kekuasaan lain yang berusaha merongrong wibawa
dan eksistensi wilayahnya.
Adalah
sebuah wilayah
otonom yang pernah berkuasa di wilayah Surakarta sejak 1757 sampai dengan 1946. Penguasanya adalah Wangsa Mangkunegara (
dari kata Mangku dan Negara ), yang dimulai dari Mangkunegara
I (Raden Mas Said).
Sebagai pusat
pemerintahannya berada di Pura Mangkunegaran.
Karena secara de facto kekuasaan
adalah Adipati maka kekuasaan Mangkunegara lebih rendah dibanding Kerajaan
Kasunanan dan Kasultanan. Dengan tidak diperbolehkan memakai gelar Sunan atau
Sultan. Hanya dengan gelar Pangeran Adipati Arya.
Perjanjian Salatiga,menujukkan
Mataram pecah menjadi Tiga( Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta dan
Kadipaten Mangkunegaran) , Raden Mas Said mendapat hak menguasai wilayah bagian
timur dan sebagian selatan sisa wilayah
Mataram bagian sebelah timur. Wilayah Mangkunegara ini kurang lebih 49% wilayah Kasunanan Surakarta setelah tahun 1830, yaitu saat berakhirnya Perang Diponegoro
atau Perang Jawa. Kini mencakup bagian utara Kota Surakarta
(Kecamatan Banjarsari, Surakarta), seluruh wilayah Kabupaten Karanganyar, seluruh wilayah Kabupaten Wonogiri, dan sebagian
kabupaten Gunung Kidul(Kecamatan Ngawen dan Semin).


Belum ada tanggapan untuk "ISTANA PURA MANGKUNEGARAN"
Posting Komentar